Ilustrasi: Satyagatra BKKBN
Untuk Berita Utama sebelumnya, klik tautan berikut: BERITA UTAMA IPPU
Untuk membuka halaman-halaman dari Situs ini, silakan skrol ke bawah.
"Mulailah Dari Dirimu Sendiri": Kisah Sesendok Madu
Ada sebuah kisah simbolik yang cukup menarik untuk kita simak. Kisah ini adalah kisah tentang seorang raja dan sesedok madu. Alkisah, pada suatu ketika seorang raja ingin menguji kesadaran warga kotanya. Raja memerintahkan agar setiap orang, pada suatu malam yang telah ditetapkan, membawa sesendok madu untuk dituangkan dalam sebuah bejana yang telah disediakan di puncak bukit di tengah kota. Seluruh warga kota pun memahami benar perintah tersebut dan menyatakan kesediaan mereka untuk melaksanakannya.
Tetapi, dalam pikiran seorang warga kota (katakanlah si A) terlintas suatu cara untuk mengelak, “Aku akan membawa sesendok penuh, tetapi bukan madu. Aku akan membawa air. Kegelapan malam akan melindungi dari pandangan mata seseorang. Sesendok air pun tidak akan memengaruhi bejana yang kelak akan diisi madu oleh seluruh warga kota.”
Tibalah waktu yang telah ditetapkan. Apa yang kemudian terjadi? Seluruh bejana ternyata penuh dengan air. Rupanya semua warga kota bepikiran sama dengan si A. Mereka mengharapkan warga kota yang lain membawa madu sambil membebaskan diri dari tanggung-jawab.
Kisah simbolik ini dapat terjadi, bahkan mungkin telah sering terjadi, dalam berbagai masyarakat manusia. Dari sini wajar jika agama, khususnya Islam, memberikan petunjuk-petunjuk agar kejadian seperti di atas tidak terjadi:
Katakanlah (hai Muhammad), inilah jalanku, Aku mengajak ke jalan Allah disertai dengan pembuktian yang nyata. Aku bersama orang-orang yang mengikutiku (QS 12:108).
Dalam redaksi ayat di atas tercermin bahwa seseorang harus memulai dari dirinya sendiri disertai dengan pembuktian yang nyata, baru kemudian dia melibatkan pengikut-pengikutnya.
Berperang atau berjuang di jalan Alah tidaklah dibebankan kecuali kepada dirimu sendiri, dan bangkitkanlah semangat orang-orang yang mukmin (pengikut-pengikutmu) (QS 4:84).
Perhatikanlah kata-kata “tidaklah dibebankan kecuali kepada dirimu sendiri.” Nabi Muhammad saw. pernah bersabda: “Mulailah dari dirimu sendiri, kemudian susulkanlah keluargamu.” Setiap orang menurut beliau adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas yang dipimpinnya, ini berarti bahwa setiap orang harus tampil terlebih dahulu. Sikap mental yang demikian inilah yang dapat menjadikan bejana sang raja penuh dengan madu bukan air, apalagi racun.
Semoga bermanfaat.
Sumber: Lentera Hati: Kisah dan Hikmah Kehidupan, M. Quraish Shihab, 1994.
Tetapi, dalam pikiran seorang warga kota (katakanlah si A) terlintas suatu cara untuk mengelak, “Aku akan membawa sesendok penuh, tetapi bukan madu. Aku akan membawa air. Kegelapan malam akan melindungi dari pandangan mata seseorang. Sesendok air pun tidak akan memengaruhi bejana yang kelak akan diisi madu oleh seluruh warga kota.”
Tibalah waktu yang telah ditetapkan. Apa yang kemudian terjadi? Seluruh bejana ternyata penuh dengan air. Rupanya semua warga kota bepikiran sama dengan si A. Mereka mengharapkan warga kota yang lain membawa madu sambil membebaskan diri dari tanggung-jawab.
Kisah simbolik ini dapat terjadi, bahkan mungkin telah sering terjadi, dalam berbagai masyarakat manusia. Dari sini wajar jika agama, khususnya Islam, memberikan petunjuk-petunjuk agar kejadian seperti di atas tidak terjadi:
Katakanlah (hai Muhammad), inilah jalanku, Aku mengajak ke jalan Allah disertai dengan pembuktian yang nyata. Aku bersama orang-orang yang mengikutiku (QS 12:108).
Dalam redaksi ayat di atas tercermin bahwa seseorang harus memulai dari dirinya sendiri disertai dengan pembuktian yang nyata, baru kemudian dia melibatkan pengikut-pengikutnya.
Berperang atau berjuang di jalan Alah tidaklah dibebankan kecuali kepada dirimu sendiri, dan bangkitkanlah semangat orang-orang yang mukmin (pengikut-pengikutmu) (QS 4:84).
Perhatikanlah kata-kata “tidaklah dibebankan kecuali kepada dirimu sendiri.” Nabi Muhammad saw. pernah bersabda: “Mulailah dari dirimu sendiri, kemudian susulkanlah keluargamu.” Setiap orang menurut beliau adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas yang dipimpinnya, ini berarti bahwa setiap orang harus tampil terlebih dahulu. Sikap mental yang demikian inilah yang dapat menjadikan bejana sang raja penuh dengan madu bukan air, apalagi racun.
Semoga bermanfaat.
Sumber: Lentera Hati: Kisah dan Hikmah Kehidupan, M. Quraish Shihab, 1994.